This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 27 Oktober 2017

Teknik Penerjemahan Menurut Molina dan Albir (2002)

Molina dan Albir (2002) mengusulkan 18 teknik penerjemahan, sebagai berikut:
1)      Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi merupakan teknik penerjemahan dengan menggantikan unsur budaya bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
Contoh: 
I cook Spaghetti 
Aku memasak Mie Jawa   
2)      Amplifikasi (Amplification)
Amplifikasi merupakan penambahan detail informasi pada bahasa sasaran. Penambahan ini bisa melalui parafrase, eksplisitasi atau penambahan informasi. 
Contoh: 
She likes swimming 
Shanty suka berenang.    
3)      Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification)
Amplifikasi linguistik merupakan penambahan unsur linguistik pada bahasa sasaran. Sejatinya, unsur-unsur linguistik ini tidak ada dalam bahasa sumber. 
Contoh: 
Go?
Apakah kamu mau pergi? 
4)      Deskripsi (Description)
Deskripsi merujuk pada penggantian istilah dengan deskripsi dengan gambaran bentuk atau fungsi dari istilah yang dideskripsikan. 
I want to buy Burger
Aku mau beli roti yang di tengahnya terdapat daging, sayur, tomat, bawang bombay, saus dan mayones
5)      Generalisasi (Generalization)
Generalisasi dilakukan dengan menggunakan istilah yang lebih umum. Dalam bahasa sumber istilah yang dipakai adalah istilah khusus, sedangkan dalam bahasa sasaran istilah yang dipakai lebih umum. 
contoh: 
I go to Palembang by bus.
Aku pergi ke Palembang dengan angkutan umum. 
6)      Kalke (Calque)
Kalke merujuk pada penerjemahan harfiah. Unit penerjemahan dalam kalke merupakan frasa. Penerjemahan kalke mengikuti kaidah bahasa sasaran. 
contoh
Vice precident 
Wakil presiden 
7)      Kesepadanan Lazim (Established Equivalent)
Kesepadanan lazim merupakan penggunaan istilah yang lazim di dalam bahasa sasaran. Teknik ini digunakan berdasarkan konteks yang ada. Misalnya, kata I see bisa diterjemahkan dengan aku melihat atau aku mengerti tergantung pada konteks yang ada dalam teks.  
8)      Kompensasi (Compensation)
Kompensasi memilki konsep yang hampir sama dengan transposisi. Akan tetapi, pemindahan ini dipengaruhi oleh unsur stilistika. 
He is my..... boyfriend 
Dia pacar..... ku 
9)      Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)
Kebalikan dari amplifikasi linguistik, kompresi linguistik merupakan pemadatan unsur linguistik. 
Contoh: 
Do you want to leave now?
pergii sekarang? 
10)  Kreasi Diskursif (Discursive Creation)
kreasi diskursif merupakan teknik penerjemahan yang bertujuan untuk mendapatkan kesepadan sementara. pada dasarnya teknik ini merupakan hasil kreatifitas dari penerjemah dan kesepadanan yang di capai seringkali ke luar dari konteks
Contoh: 
Gone Girl 
Yang hilang  
11)  Modulasi (Modulation)
Modulasi merupakan pengubahan sudut pandang, tapi masih merujuk pada makna yang sama. 
Contoh: 
Nobody hates me
Semua orang menyukaiku
12)  Partikularisasi (Particularization)
 Kebalikan dari generalisasi, partikularisasi merujuk pada penggunaan istilah yang lebih khusus. Pada bahasa sumber, penuilis menggunakan istilah yang umum sedangkan penerjemah mentransfernya menjadi istilah yang lebih khusus.
I got here by mass transfortation
Aku ke sini dengan angkot
13)  Peminjaman (Borrowing)
Peminjaman dilakukan dengan meminjam istilah yang ada pada bahasa sumber. peminjaman ini bisa bersifat murni (pure borrowing) atau alamiah (natural borrowing)
Contoh:
There are so many stereotypes 
Murni 
Begitu banyak stereotype
Natural
Begitu banyak stereotipe. 
14)  Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Penerjemahan harfiah merupakan penerjemahan kata per kata. 
Contoh: 
Like father like son 
seperti ayah seperti anak     
15)  Reduksi (Reduction)
kebalikan dari amplifikasi, reduksi merupakan pemadatan informasi. 
contoh
The book is too expensive
buku ini mahal.  
16)  Substitusi (Substitution)
Hampir sama dengan adaptasi, substitusi merupakan penggantian unsur linguistik ke paralinguistik atau sebaliknya
I agree with you 
menganggukkan kepala 
17)  Transposisi (Transposition)
transposisi merujuk pada pengubahan unsur gramatikal atau struktural. 
I like his cheer
Aku suka dia bersemangat    
18)  Variasi (Variation)

Teknik variasi digunakan dengan mengganti unsur linguistik atau paralinguistik yang kemudian berpegaruh terhadap aspek keragaman liunguistik misalnya gaya bahasa, dialek, dll. 
contoh:
I don't like it
aku tak suka itu.   


Sumber:
Molina, L dan A.H. Albir. 2002. Translation Technique Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach. Meta: Journal des Tranducteurs/Meta: Translator’s Journal, XLVII (4), 498-512.
 

Selasa, 02 Mei 2017

Strategi dalam subtitling

Secara keseluruhan, ada 11 strategi yang digunakan dalam subtitling. Kesebelas strategi itu adalah:

a. Expansion

Expansion atau ekspansi memang istilah yang spesifik digunakan dalam subtitling. Namun, sejatinya, ekspansi memiliki arti atau definisi yang sama dengan addition atau penambahan yang digunakan Mona Baker dalam strategi penerjemahan. Dengan kata lain, ekspansi memiliki arti untuk menambahkan beberapa kata yang dimaksudkan untuk memberikan informasi tambahan yang berguna untuk memudahkan pemirsa untuk memahami maksud dari ujaran yang dikatakan oleh tokoh atau karakter dalam film.
 
Contoh:
SL: I’m attempting to defraud
TL: Aku berniat untuk defraud (menipu)


b. Transfer

Transfer adalah istilah spesifik untuk Literal Translation dalam strategi penerjemahan. Dengan kata lain, klausa atau kalimat langsung diterjemahkan tanpa menambahkan apapun.

Contoh:
SL: I need a drink
TL: Aku butuh minum

 
c. Paraphrase

Istilah paraphrase atau parafrasa di sini memiliki bentuk dan makna yang sama seperti dalam strategi penerjemahan. Parafrasa adalah strategi di mana subtitler menerjemahkan bahasa yang tidak memiliki aturan sintaksis yang sama seperti bahasa sumbernya. Dengan kata lain, bisa jadi struktur kalimatnya diubah namun esensi makna dari kalimat di bahasa sumber masih ter-transfer dengan begitu sempurna.

Contoh:
SL: She’s black-hearted whore and I’m done with her.
TL: Dia pelacur berhati jahat dan aku sudah tak mau berurusan dengannya.

d. Condensation

Condensation atau kondensasi. Dilihat dari arti katanya, istilah kondensasi berarti mempersingkat kata yang dianggap tidak begitu penting di mana, bisa jadi, makna pragmatik akan hilang namun makna utama dari kalimat tersebut masih bisa ter-transfer dengan baik di bahasa sasaran.

Contoh:
SL: Ah, I don’t believe I will.
TL: Aku takkan bisa.

e. Decimation

Decimation atau desimasi adalah strategi yang digunakan ketika tokoh sedang bertengkar dengan menggunakan kata-kata yang begitu cepat sehingga subtitler mengurangi ujaran yang diucapkan karena ujarannya dirasa sulit untuk dituliskan. Lebih singkatnya, desimasi adalah versi lebih tinggi dari kondensasi.

Contoh:
SL: You’re noy, by any chance, referring to Spot, are you?
TL: Maksud anda Spot?

f. Imitation

Imitation adalah menulis ulang kata asli yang biasanya adalah nama orang, merk sebuah produk, nama jalan, judul buku, dsb.

Contoh:
SL: Is your Blackberry broken?
TL: Apakah Blackerry-mu rusak?

g. Transcription

Transkripsi digunakan ketika ada istilah-istilah yang asing pada bahasa sumber, semisal, bahasa sumbernya adalah bahasa Inggris namun ada beberapa kata di sana yang menggunakan bahasa yang lain. Di bawah ini adalah contoh di mana di dalam bahasa sumber, ada kata dari bahasa Spanyol yang juga digunakan sehingga penggunaan transkripsi sangat dimungkinkan.

Contoh:
SL: Railroad Pinkertons are hot on our trail, amigo.
TL: Jalur kereta Pinkertons sasaran kita, teman.

h. Discolation

Diskolasi adalah strategi yang digunakan oleh subtitler ketika ia memilih untuk lebih fokus pada efek dan bukan konten dari bahasa sumbernya.

i. Deletion

Secara kasat mata, deletion dan kondensasi bisa dikatakan mirip di mana intinya adalah mengurangi kata-kata yang dianggap tidak perlu. Namun, meskipun mirip, ternyata kedua strategi ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan yaitu pada kondensasi tidak ada proses penghilangan namun hanya dilakukan peringkasan atau menyingkat atau menyederhanakan. Namun, pada deletion, bagian-bagian yang dianggap tidak perlu untuk dilakukan penerjemahan akan benar-benar dihilangkan atau dihapus.

j. Taming

Dari arti katanya sendiri, taming berarti menjinakkan. Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa taming adalah strategi yang digunakan untuk memperhalus kata-kata, biasanya swearing words atau ujaran makian, yang bersifat vulgar dan offensive.

Contoh:
SL: If my phone is ruined, you’re dead!
TL: Kalau ponselku rusak, habislah kau!

k. Resignation

Resignation adalah strategi di mana kata, frasa, klausa atau kalimat dalam bahasa sumber benar-benar tidak memiliki padanannya di dalam bahasa sasaran sehingga tidak ada proses penerjemahan yang terjadi.

Standarisasi Subtitling

Terdapat aturan standar dalam panduan subtitling yang digunakan di Eropa yang kemudian banyak diikuti oleh negara-negara lain di dunia, termasuk di Indonesia. Aturan-aturan standar yang dikemukakan oleh Karamitloglou (1998) adalah sebagai berikut:

1. Posisi pada layar: teks ditempatkan di bagian bawah layar sehingga tidak menutupi gambar. Garis terendah setidaknya seperduabelas dari total tinggi layar. Posisi teks di tengah bagian bawah.

2. Segmentasi dan panjang baris: penempatan baris seharusnya proporsional antara baris atas dan bawah dan diusahakan memiliki panjang yang sama karena pemirsa terbiasa membaca teks dengan bentuk segi empat daripada segitiga.

3. Jumlah baris: maksimal dua baris teks per tayang dengan menempati, paling tidak, dua per dua belas dari total tinggi layar. Jika hanya terdiri dari satu baris, hendaknya diletakkan di bagian bawah.

4. Jumlah karakter per baris: masing-masing baris tak lebih dari 35 karakter huruf dan tanda baca untuk meminimalisasi pengurangan pesan. Karakter yang melebihi 40 karakter akan mempengaruhi legibility teks karena kemungkinan besar ukuran huruf akan cenderung diperkecil.

5. Durasi: kecepatan rata-rata penonton (umur 14-65 dari kalangan sosial menengah dan berpendidikan baik) dengan kerumitan teks rata-rata antara 150-180 kata per menit, sehingga diperoleh sekitar dua atau tiga kata perdetik. Ini berarti teks yang berjumlah dua baris terdiri dari 14-16 kata yang membutuhkan waktu setidaknya 5,5 detik. Sementara itu, untuk teks satu baris rata-rata terdiri dari 7-8 kata dan membutuhkan waktu sekitar 3,5 detik per tayang.

6. Tanda baca: tanda titik digunakan di setiap akhir ujaran karakter atau tokoh yang berbicara. Tanda tanya (?) dan seru (!) digunakan untuk menunjukkan pertanyaan dan perintah, serta seruan yang dikatakan oleh tokoh. Sementara itu tanda dash (-) digunakan sebelum masing-masing karakter berbicara. Biasanya ini digunakan untuk teks yang berbentuk dialog yang melibatkan lebih dari satu karakter. Selain tanda dash, tanda slash (/) juga digunakan untuk kepentingan yang sama.

7. Bahasa lisan: bahasa lisan idealnya diterjemahkan dengan gaya yang sama untuk mendapatkan efek yang sama pula, namun penggabungan kalimat atau ujaran perlu dihindari karena bisa mengganggu pemirsa selama image reading.

8. Kategori faktor-faktor linguistik yang bisa dihilangkan: a) Padding Expression yaitu ekspresi yang hampir tidak memiliki muatan semantik dan kemunculannya bersifat fungsional untuk mempertahankan alur ujaran yang wajar. Ekspresi ini di antaranya adalah: well, you know, as I say, dsb; b) Tautological Cumulative adjective/adverbs seperti great big, super extra, teeny weeny di mana bagian pertama memiliki peran penekanan dan bisa digabungkan menjadi satu kata yang sepadan menjadi huge, extremely, dan tiny; c) Responsive Expression seperti yes, no, ok, please, thank you, sorry, dsb, bisa dihilangkan dengan asumsi ungkapan-ungkapan itu telah dikenal luas oleh sebagaian besar masyarakat dunia. 

Reference: 
Karamitroglou, Fotios (1998): A Proposed Set of Subtitling Standards in Europe in Translation Journal Vol. 2 No. 2