Selasa, 25 April 2017

Note-Taking dalam Pengalihbahasaan Konsekutif

1. Definisi 
          Note-taking merupakan salah satu keberhasilan cosecutive interpreting. Note-taking merupakan sebuah metode untuk mempersingkat kalimat menjadi ide dan menuliskan ide tersebut ke dalam simbol-simbol tertentu untuk kemudian diekspresikan ke dalam bahasa target (Nolan, 2005). Alih bahawasan tidak perlu menulis setiap kalimat yang diucapkan oleh penutur asli (native speaker) karena beberapa kalimat bisa saja hanya mengandung satu ide. Alih bahawasan mungkin hanya perlu menuliskan satu kata saja, dan kata tersebut mungkin mengindikasikan beberapa ide.
Sejalan dengan Nolan, Emilia, dkk (2011) mengungkapkan  
“Note-taking in consecutive interpreting is one of the skills essential in helping to support the memory of an interpreter (Ginori & Scimone, 1995; Gentile et. al., 1996;Lee & Buzo, 2009) since not even a talented, excellent interpreter can cope with the abundance of speech and main ideas to remember when rendering into the target language”.
Menurut Emilia note-taking merupakan salah satu kemampuan esensial dalam membantu alih bahasawan untuk mengingat banyaknya tuturan dan ide pokok dalam proses pengalihbahasaan.
            Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa note-taking merupakan sebuah metode untuk mempersingkat kalimat menjadi ide dan menuliskan ide tersebut ke dalam simbol-simbol tertentu yang membantu alih bahasawan untuk mengingat banyaknya tuturan dan ide pokok dalam proses pengalihbahasaan. 
2. Prinsip-prinsip dalam Note-taking
Rozan (1956 dalam Chen, 2016) mengungkapkan beberapa prinsip dalam note-taking diantaranya noting the idea and not the word,  the rules of abbreviation, links, negation, emphasis, verticality, shift dan symbols.

2.1. Noting the idea and not the word
Prinsip pertama adalah mencatat idea bukan kalimat. Ketika membuat catatan, alih bahasawan harus memahami makna melalui analisis dan pemahaman atas tuturan pada bahasa sumber (Chen, 2016). Analisis dan pemahaman ini merupakan aspek kedua dalam note-taking yang Williams dan Eggert (2002) sebut sebagai proses kognitif. Setelah analisis dilakukan dan alih bahasawan memahami tuturan pada bahasa sumber, selanjutnya alih bahasawan menuliskan ide tersebut (dalam bentuk singkatan, simbol, dll).
Contoh:
English → Indonesia
Publishing a scientific work is important especially for university degree. The academicians produce scientific work such as book, journal, monograph, etc in order to spread their thought and idea to society moreover the access is open.
Ide pokok dari dua kalimat tersebut adalah “pentingnya publikasi ilmiah oleh akademisi”.

2.2. The rules of abbreviation
Terdapat pembatasan karakter dalam menuliskan kata yaitu 4-5 huruf. Kata yang panjang (lebih dari 4-5 huruf) tidak boleh ditulis lengkap (Rozan, 2012 dalam Chen, 2016). Selain itu, tidak boleh ada konsonan ganda dan huruf vokal yang tidak diperlukan misalnya untuk identifikasi kata atau pembeda kata harus dihapus (Nolan, 2005). 
Table 1.1 Contoh Singkatan
No.
Singkatan
Kata
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
zbr
arpln
hstry
cmtee
elfnt
ptrlo
bmb
invrn
cnrd
Mrsl
phlsphie
asmblé
zebra
airplane
history
committee
elefante
petroleo
bomba
invierno
canard
Marseille
philosophie
assemblée
Diadaptasi dari Nolan (2005:296)
 
Selain penghilangan sebagian huruf, huruf yang ditulis adalah huruf pertama dan huruf terakhir yang ditulis diatas (superskrip) (Gillies 2005: 130; Matyssek 1989: 115; Rozan 2002: 17; Schweda-Nicholson 1993: 200 dalam Chen, 2016), misalnya singkatan Stat. bisa dibaca statue atau statistics sehingga penulisan harus dibedakan menjadi Stute dan Stics. Hal ini menegaskan bahwa singkatan yang dipakai haruslah lazim dan mudah ditulis (Nolan, 2005), tidak ambigu dan tidak mengabaikan keakuratan (Chen, 2016). Namun, hal yang paling ditekankan adalah sistem yang dipakai dalam note-taking merupakan sistem alih bahasawan sendiri sehingga alih bahasawan dapat membuat singkatan tertentu yang cenderung mudah digunakan.

2.3. Links
Links merujuk pada konektor yang menghubungkan beberapa ide. Lorenzo (2008) mengungkapkan bahwa links menghubungkan dan mengklarifikasi konsep atau ide tuturan. Ide yang dihubungkan diantaranya additive links, adversative links dan causal links (Chen, 2016). Links umumnya dituliskan dengan singkatan atau simbol (Chen, 2016).   
Tabel 1.2 Links
No.
Singkatan/ Simbol
Links
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
COS
THO
TO
Eg
+
B
-
Because
Although, despite
(in order) to, so that
For example
In addition, not only, also
But, however, inspite of this
Consequently, this means that, the result is
Diadaptasi dari Lorenzo (2008)

2.4. Negation
         Negation merujuk pada ingkaran. Negation direaliasikan dengan mencoret kata/ simbol tertentu (Chen, 2016).  

2.5. Emphasis
Emphasis merujuk pada penekanan. direaliasikan dengan menggaris bawahi kata/ simbol tertentu (Chen, 2016).
Contoh:
(The study) is interesting                     : intg
(The study) is very interesting             : intg
(The study) is extremely interesting    : intg

2.6. Verticality
Verticality merujuk pada penulisan catatan yang dilakukan secara vertikal. Catatan dengan susunan yang runtut, yaitu dari atas ke bawah bukan dari kiri ke kanan (Nolan, 2005). 
 
2.7. Shift
Shift merujuk pada pergeseran. Hal ini dilakukan jika salah satu ide pada baris merupakan ide pada baris kedua. Penulisan ide pada baris kedua ditulis sedikit bergeser.  

2.8. Symbols
Symbol terdiri gambar, hufuf dan kata yang merepresentasikan ide/konsep (Lorenzo, 2008). Simbol digunakan karena mudah ditulis dan dibaca (Gillies, 2005 dalam Chen, 2016). Selain itu, gunakan satu simbol yang hanya merujuk pada satu hal (Nolan, 2005).  
 
3. Kegunaan of Note-taking
Note-taking merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan pengalihbahasaan, khususnya consecutive interpreting. Note-taking memiliki beberapa kegunaan yang dapat menggiring alih bahasawan sukses dalam pengalihbahasaan. Liu dan Li (2016) mengungkapkan tiga manfaat note-taking yaitu mengurangi memori yang tidak perlu, menjamin keakuratan dan konsistensi pesan dan menjaga keberlangsungan pengalihbahasaan. 

1.1.          3.1. Mengurangi Memori yang tidak Perlu
Note-taking bukanlah proses mekanik melaikan proses kognitif yang melibatkan banya faktor. Note-taking tidak bertujuan untuk menulis semua tuturan. Alih bahasawan harus mendengarkan, memahami dan mengingat tuturan, menyusun informasi, dan kemudian mencatat. Fakta bahwa penutur cenderung memberi jeda setelah memberikan satu penjabaran pokok (biasanya terdiri dari beberapa kalimat). Akan tetapi, sehebat apapun seorang alih bahasawan, akan sangat sulit untuk menginterpretasikan tuturan panjang sehingga alih bahasawan membutuhkan catatan. Tekanan pada memory dan fokus akan sangat berat untuk dipikul oleh alih bahasawan jika memori dan fokusnya dipakai dalam waktu lama. Dengan mencatat, alih bahasawan dapat dengan mudah menulis poin-poin penting dari pesan yang disampaikan penutur asli daripada mengingat semuanya. Alih bahaswan juga dapat memilih informasi yang perlu dan mengurangi intensitas otak dalam mengingat. Selain itu, alih bahasawan juga dapat mengingat dengan mudah dan menginterpretasikan pesan dengan akurat ke dalam bahasa sasaran. 

1.2.          3.2. Menjamin Keakuratan dan Konsistensi Pesan  
Tuturan mungkin berisi beberapa jenis informasi penting seperti nama orang, nomor, tempat, tanggal, istilah, dll. Dengan mencatat detail informasi tersebut, alih bahasawan dapat menjamin keakuratan dan konsistensi pesan dari bahasa sumber. 

1.3.          3.3. Menjaga Keberlangsungan Pengalihbahasaan
Lama pengalihbahasaan sangat beragam. Catatan seperti kerangkan tuturan. Alih bahasawan menggunakan memorinya untuk menambah bumbu untuk menyatakan ide secara akurat dan tepat ke dalam bahasa sasaran. Catatan merupakan memberikan kekuatan yang besar kepada alih bahasawan dalam menjaga keberlangsungan pengalihbahasaan. 

References 
Chen, Sijia. 2016. Note-taking in consecutive interpreting: A review with special focus on Chinese and English literature. The Journal of Specialised Translation, Issue 26.
Daniel, Gile. 2009. Basic Concepts and Models for Interpreter and Translator Training. Amsterdam: John Benjamin
Emilia, Emi, dkk. 2011. A Fresh Look at Student’s Note-taking in Consecutive Interpreting : A Case in Indonesia. Translingua, Journal of Translation Studies
Liu, Jinyayu dan Liang Li. 2016. Note-taking Strategies in English- Chinese Consecutive Interpreting: Teaching and Practice. International Journal of Humanities and Social Science Vol 6. No. 9.
Nolan, James. 2005. Interpretation Techniques and Exercises. Clevedon: Multilingual Matter Ltd.

0 komentar:

Posting Komentar