1. Definisi
Note-taking merupakan salah satu keberhasilan cosecutive interpreting. Note-taking merupakan sebuah metode untuk mempersingkat kalimat menjadi ide dan menuliskan ide tersebut ke dalam simbol-simbol tertentu untuk kemudian diekspresikan ke dalam bahasa target (Nolan, 2005). Alih bahawasan tidak perlu menulis setiap kalimat yang diucapkan oleh penutur asli (native speaker) karena beberapa kalimat bisa saja hanya mengandung satu ide. Alih bahawasan mungkin hanya perlu menuliskan satu kata saja, dan kata tersebut mungkin mengindikasikan beberapa ide.
Note-taking merupakan salah satu keberhasilan cosecutive interpreting. Note-taking merupakan sebuah metode untuk mempersingkat kalimat menjadi ide dan menuliskan ide tersebut ke dalam simbol-simbol tertentu untuk kemudian diekspresikan ke dalam bahasa target (Nolan, 2005). Alih bahawasan tidak perlu menulis setiap kalimat yang diucapkan oleh penutur asli (native speaker) karena beberapa kalimat bisa saja hanya mengandung satu ide. Alih bahawasan mungkin hanya perlu menuliskan satu kata saja, dan kata tersebut mungkin mengindikasikan beberapa ide.
Sejalan dengan Nolan, Emilia, dkk (2011)
mengungkapkan
“Note-taking
in consecutive interpreting is one of the skills essential in helping to
support the memory of an interpreter (Ginori & Scimone, 1995; Gentile et.
al., 1996;Lee & Buzo, 2009) since not even a talented, excellent
interpreter can cope with the abundance of speech and main ideas to remember
when rendering into the target language”.
Menurut
Emilia note-taking merupakan salah
satu kemampuan esensial dalam membantu alih bahasawan untuk mengingat banyaknya
tuturan dan ide pokok dalam proses pengalihbahasaan.
Dari kedua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa note-taking
merupakan sebuah metode untuk mempersingkat kalimat menjadi ide dan menuliskan
ide tersebut ke dalam simbol-simbol tertentu yang membantu alih bahasawan untuk
mengingat banyaknya tuturan dan ide pokok dalam proses pengalihbahasaan.
2. Prinsip-prinsip
dalam Note-taking
Rozan
(1956 dalam Chen, 2016) mengungkapkan beberapa prinsip dalam note-taking diantaranya noting
the idea and not the word,
the rules of abbreviation, links, negation, emphasis, verticality, shift dan
symbols.
2.1. Noting
the idea and not the word
Prinsip
pertama adalah mencatat idea bukan kalimat. Ketika membuat catatan, alih
bahasawan harus memahami makna melalui analisis dan pemahaman atas tuturan pada
bahasa sumber (Chen, 2016). Analisis dan pemahaman ini merupakan aspek kedua
dalam note-taking yang Williams dan
Eggert (2002) sebut sebagai proses kognitif. Setelah analisis dilakukan dan
alih bahasawan memahami tuturan pada bahasa sumber, selanjutnya alih bahasawan
menuliskan ide tersebut (dalam bentuk singkatan, simbol, dll).
Contoh:
English
→ Indonesia
Publishing a scientific work is important
especially for university degree. The academicians produce scientific work such
as book, journal, monograph, etc in order to spread their thought and idea to
society moreover the access is open.
Ide
pokok dari dua kalimat tersebut adalah “pentingnya publikasi ilmiah oleh
akademisi”.
2.2. The
rules of abbreviation
Terdapat
pembatasan karakter dalam menuliskan kata yaitu 4-5 huruf. Kata yang panjang
(lebih dari 4-5 huruf) tidak boleh ditulis lengkap (Rozan, 2012 dalam Chen,
2016). Selain itu, tidak boleh ada konsonan ganda dan huruf vokal yang tidak
diperlukan misalnya untuk identifikasi kata atau pembeda kata harus dihapus
(Nolan, 2005).
Table 1.1 Contoh Singkatan
No.
|
Singkatan
|
Kata
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
zbr
arpln
hstry
cmtee
elfnt
ptrlo
bmb
invrn
cnrd
Mrsl
phlsphie
asmblé
|
zebra
airplane
history
committee
elefante
petroleo
bomba
invierno
canard
Marseille
philosophie
assemblée
|
Diadaptasi dari Nolan (2005:296)
Selain
penghilangan sebagian huruf, huruf yang ditulis adalah huruf pertama dan huruf
terakhir yang ditulis diatas (superskrip) (Gillies 2005: 130; Matyssek 1989:
115; Rozan 2002: 17; Schweda-Nicholson 1993: 200 dalam Chen, 2016), misalnya
singkatan Stat. bisa dibaca statue atau statistics sehingga penulisan harus dibedakan menjadi Stute dan Stics. Hal ini menegaskan
bahwa singkatan yang dipakai haruslah lazim dan mudah ditulis (Nolan, 2005), tidak
ambigu dan tidak mengabaikan keakuratan (Chen, 2016). Namun, hal yang paling
ditekankan adalah sistem yang dipakai dalam note-taking
merupakan sistem alih bahasawan sendiri sehingga alih bahasawan dapat membuat
singkatan tertentu yang cenderung mudah digunakan.
2.3. Links
Links merujuk pada konektor yang menghubungkan
beberapa ide. Lorenzo (2008) mengungkapkan bahwa links menghubungkan dan mengklarifikasi konsep atau ide tuturan.
Ide yang dihubungkan diantaranya additive
links, adversative links dan causal
links (Chen, 2016). Links umumnya
dituliskan dengan singkatan atau simbol (Chen, 2016).
Tabel 1.2 Links
No.
|
Singkatan/
Simbol
|
Links
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
COS
THO
TO
Eg
+
B
-
|
Because
Although,
despite
(in order)
to, so that
For example
In addition,
not only, also
But,
however, inspite of this
Consequently,
this means that, the result is
|
Diadaptasi dari Lorenzo (2008)
2.4. Negation
Negation merujuk pada ingkaran. Negation direaliasikan dengan mencoret kata/ simbol tertentu (Chen,
2016).
2.5. Emphasis
Emphasis
merujuk pada penekanan. direaliasikan dengan menggaris bawahi kata/ simbol
tertentu (Chen, 2016).
Contoh:
(The
study) is interesting : intg
(The
study) is very interesting : intg
(The
study) is extremely interesting : intg
2.6. Verticality
Verticality
merujuk pada penulisan catatan yang dilakukan secara vertikal. Catatan dengan
susunan yang runtut, yaitu dari atas ke bawah bukan dari kiri ke kanan (Nolan,
2005).
2.7. Shift
Shift merujuk
pada pergeseran. Hal ini dilakukan jika salah satu ide pada baris merupakan ide
pada baris kedua. Penulisan ide pada baris kedua ditulis sedikit bergeser.
2.8. Symbols
Symbol terdiri gambar, hufuf dan kata yang
merepresentasikan ide/konsep (Lorenzo, 2008). Simbol digunakan karena mudah
ditulis dan dibaca (Gillies, 2005 dalam Chen, 2016). Selain itu, gunakan satu
simbol yang hanya merujuk pada satu hal (Nolan, 2005).
3. Kegunaan
of Note-taking
Note-taking merupakan
salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan pengalihbahasaan, khususnya consecutive interpreting. Note-taking memiliki beberapa kegunaan
yang dapat menggiring alih bahasawan sukses dalam pengalihbahasaan. Liu dan Li
(2016) mengungkapkan tiga manfaat note-taking
yaitu mengurangi memori yang tidak perlu, menjamin keakuratan dan
konsistensi pesan dan menjaga keberlangsungan pengalihbahasaan.
1.1. 3.1. Mengurangi
Memori yang tidak Perlu
Note-taking
bukanlah proses mekanik melaikan proses kognitif yang melibatkan banya faktor. Note-taking tidak bertujuan untuk
menulis semua tuturan. Alih bahasawan harus mendengarkan, memahami dan
mengingat tuturan, menyusun informasi, dan kemudian mencatat. Fakta bahwa
penutur cenderung memberi jeda setelah memberikan satu penjabaran pokok
(biasanya terdiri dari beberapa kalimat). Akan tetapi, sehebat apapun seorang
alih bahasawan, akan sangat sulit untuk menginterpretasikan tuturan panjang
sehingga alih bahasawan membutuhkan catatan. Tekanan pada memory dan fokus akan
sangat berat untuk dipikul oleh alih bahasawan jika memori dan fokusnya dipakai
dalam waktu lama. Dengan mencatat, alih bahasawan dapat dengan mudah menulis
poin-poin penting dari pesan yang disampaikan penutur asli daripada mengingat
semuanya. Alih bahaswan juga dapat memilih informasi yang perlu dan mengurangi
intensitas otak dalam mengingat. Selain itu, alih bahasawan juga dapat
mengingat dengan mudah dan menginterpretasikan pesan dengan akurat ke dalam
bahasa sasaran.
1.2. 3.2. Menjamin
Keakuratan dan Konsistensi Pesan
Tuturan
mungkin berisi beberapa jenis informasi penting seperti nama orang, nomor,
tempat, tanggal, istilah, dll. Dengan mencatat detail informasi tersebut, alih
bahasawan dapat menjamin keakuratan dan konsistensi pesan dari bahasa sumber.
1.3. 3.3. Menjaga
Keberlangsungan Pengalihbahasaan
Lama
pengalihbahasaan sangat beragam. Catatan seperti kerangkan tuturan. Alih
bahasawan menggunakan memorinya untuk menambah bumbu untuk menyatakan ide
secara akurat dan tepat ke dalam bahasa sasaran. Catatan merupakan memberikan
kekuatan yang besar kepada alih bahasawan dalam menjaga keberlangsungan
pengalihbahasaan.
References
Chen,
Sijia. 2016. Note-taking in consecutive interpreting: A review with special
focus on Chinese and English literature. The Journal of Specialised Translation, Issue
26.
Daniel,
Gile. 2009. Basic Concepts and Models for Interpreter and Translator
Training. Amsterdam: John Benjamin
Emilia,
Emi, dkk. 2011. A Fresh Look at Student’s Note-taking in Consecutive
Interpreting : A Case in Indonesia. Translingua, Journal of Translation
Studies
Liu, Jinyayu dan Liang Li. 2016. Note-taking Strategies in English-
Chinese Consecutive Interpreting: Teaching and Practice. International
Journal of Humanities and Social Science Vol 6. No. 9.
Nolan,
James. 2005. Interpretation Techniques and Exercises. Clevedon:
Multilingual Matter Ltd.