This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 02 Mei 2017

Strategi dalam subtitling

Secara keseluruhan, ada 11 strategi yang digunakan dalam subtitling. Kesebelas strategi itu adalah:

a. Expansion

Expansion atau ekspansi memang istilah yang spesifik digunakan dalam subtitling. Namun, sejatinya, ekspansi memiliki arti atau definisi yang sama dengan addition atau penambahan yang digunakan Mona Baker dalam strategi penerjemahan. Dengan kata lain, ekspansi memiliki arti untuk menambahkan beberapa kata yang dimaksudkan untuk memberikan informasi tambahan yang berguna untuk memudahkan pemirsa untuk memahami maksud dari ujaran yang dikatakan oleh tokoh atau karakter dalam film.
 
Contoh:
SL: I’m attempting to defraud
TL: Aku berniat untuk defraud (menipu)


b. Transfer

Transfer adalah istilah spesifik untuk Literal Translation dalam strategi penerjemahan. Dengan kata lain, klausa atau kalimat langsung diterjemahkan tanpa menambahkan apapun.

Contoh:
SL: I need a drink
TL: Aku butuh minum

 
c. Paraphrase

Istilah paraphrase atau parafrasa di sini memiliki bentuk dan makna yang sama seperti dalam strategi penerjemahan. Parafrasa adalah strategi di mana subtitler menerjemahkan bahasa yang tidak memiliki aturan sintaksis yang sama seperti bahasa sumbernya. Dengan kata lain, bisa jadi struktur kalimatnya diubah namun esensi makna dari kalimat di bahasa sumber masih ter-transfer dengan begitu sempurna.

Contoh:
SL: She’s black-hearted whore and I’m done with her.
TL: Dia pelacur berhati jahat dan aku sudah tak mau berurusan dengannya.

d. Condensation

Condensation atau kondensasi. Dilihat dari arti katanya, istilah kondensasi berarti mempersingkat kata yang dianggap tidak begitu penting di mana, bisa jadi, makna pragmatik akan hilang namun makna utama dari kalimat tersebut masih bisa ter-transfer dengan baik di bahasa sasaran.

Contoh:
SL: Ah, I don’t believe I will.
TL: Aku takkan bisa.

e. Decimation

Decimation atau desimasi adalah strategi yang digunakan ketika tokoh sedang bertengkar dengan menggunakan kata-kata yang begitu cepat sehingga subtitler mengurangi ujaran yang diucapkan karena ujarannya dirasa sulit untuk dituliskan. Lebih singkatnya, desimasi adalah versi lebih tinggi dari kondensasi.

Contoh:
SL: You’re noy, by any chance, referring to Spot, are you?
TL: Maksud anda Spot?

f. Imitation

Imitation adalah menulis ulang kata asli yang biasanya adalah nama orang, merk sebuah produk, nama jalan, judul buku, dsb.

Contoh:
SL: Is your Blackberry broken?
TL: Apakah Blackerry-mu rusak?

g. Transcription

Transkripsi digunakan ketika ada istilah-istilah yang asing pada bahasa sumber, semisal, bahasa sumbernya adalah bahasa Inggris namun ada beberapa kata di sana yang menggunakan bahasa yang lain. Di bawah ini adalah contoh di mana di dalam bahasa sumber, ada kata dari bahasa Spanyol yang juga digunakan sehingga penggunaan transkripsi sangat dimungkinkan.

Contoh:
SL: Railroad Pinkertons are hot on our trail, amigo.
TL: Jalur kereta Pinkertons sasaran kita, teman.

h. Discolation

Diskolasi adalah strategi yang digunakan oleh subtitler ketika ia memilih untuk lebih fokus pada efek dan bukan konten dari bahasa sumbernya.

i. Deletion

Secara kasat mata, deletion dan kondensasi bisa dikatakan mirip di mana intinya adalah mengurangi kata-kata yang dianggap tidak perlu. Namun, meskipun mirip, ternyata kedua strategi ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan yaitu pada kondensasi tidak ada proses penghilangan namun hanya dilakukan peringkasan atau menyingkat atau menyederhanakan. Namun, pada deletion, bagian-bagian yang dianggap tidak perlu untuk dilakukan penerjemahan akan benar-benar dihilangkan atau dihapus.

j. Taming

Dari arti katanya sendiri, taming berarti menjinakkan. Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa taming adalah strategi yang digunakan untuk memperhalus kata-kata, biasanya swearing words atau ujaran makian, yang bersifat vulgar dan offensive.

Contoh:
SL: If my phone is ruined, you’re dead!
TL: Kalau ponselku rusak, habislah kau!

k. Resignation

Resignation adalah strategi di mana kata, frasa, klausa atau kalimat dalam bahasa sumber benar-benar tidak memiliki padanannya di dalam bahasa sasaran sehingga tidak ada proses penerjemahan yang terjadi.

Standarisasi Subtitling

Terdapat aturan standar dalam panduan subtitling yang digunakan di Eropa yang kemudian banyak diikuti oleh negara-negara lain di dunia, termasuk di Indonesia. Aturan-aturan standar yang dikemukakan oleh Karamitloglou (1998) adalah sebagai berikut:

1. Posisi pada layar: teks ditempatkan di bagian bawah layar sehingga tidak menutupi gambar. Garis terendah setidaknya seperduabelas dari total tinggi layar. Posisi teks di tengah bagian bawah.

2. Segmentasi dan panjang baris: penempatan baris seharusnya proporsional antara baris atas dan bawah dan diusahakan memiliki panjang yang sama karena pemirsa terbiasa membaca teks dengan bentuk segi empat daripada segitiga.

3. Jumlah baris: maksimal dua baris teks per tayang dengan menempati, paling tidak, dua per dua belas dari total tinggi layar. Jika hanya terdiri dari satu baris, hendaknya diletakkan di bagian bawah.

4. Jumlah karakter per baris: masing-masing baris tak lebih dari 35 karakter huruf dan tanda baca untuk meminimalisasi pengurangan pesan. Karakter yang melebihi 40 karakter akan mempengaruhi legibility teks karena kemungkinan besar ukuran huruf akan cenderung diperkecil.

5. Durasi: kecepatan rata-rata penonton (umur 14-65 dari kalangan sosial menengah dan berpendidikan baik) dengan kerumitan teks rata-rata antara 150-180 kata per menit, sehingga diperoleh sekitar dua atau tiga kata perdetik. Ini berarti teks yang berjumlah dua baris terdiri dari 14-16 kata yang membutuhkan waktu setidaknya 5,5 detik. Sementara itu, untuk teks satu baris rata-rata terdiri dari 7-8 kata dan membutuhkan waktu sekitar 3,5 detik per tayang.

6. Tanda baca: tanda titik digunakan di setiap akhir ujaran karakter atau tokoh yang berbicara. Tanda tanya (?) dan seru (!) digunakan untuk menunjukkan pertanyaan dan perintah, serta seruan yang dikatakan oleh tokoh. Sementara itu tanda dash (-) digunakan sebelum masing-masing karakter berbicara. Biasanya ini digunakan untuk teks yang berbentuk dialog yang melibatkan lebih dari satu karakter. Selain tanda dash, tanda slash (/) juga digunakan untuk kepentingan yang sama.

7. Bahasa lisan: bahasa lisan idealnya diterjemahkan dengan gaya yang sama untuk mendapatkan efek yang sama pula, namun penggabungan kalimat atau ujaran perlu dihindari karena bisa mengganggu pemirsa selama image reading.

8. Kategori faktor-faktor linguistik yang bisa dihilangkan: a) Padding Expression yaitu ekspresi yang hampir tidak memiliki muatan semantik dan kemunculannya bersifat fungsional untuk mempertahankan alur ujaran yang wajar. Ekspresi ini di antaranya adalah: well, you know, as I say, dsb; b) Tautological Cumulative adjective/adverbs seperti great big, super extra, teeny weeny di mana bagian pertama memiliki peran penekanan dan bisa digabungkan menjadi satu kata yang sepadan menjadi huge, extremely, dan tiny; c) Responsive Expression seperti yes, no, ok, please, thank you, sorry, dsb, bisa dihilangkan dengan asumsi ungkapan-ungkapan itu telah dikenal luas oleh sebagaian besar masyarakat dunia. 

Reference: 
Karamitroglou, Fotios (1998): A Proposed Set of Subtitling Standards in Europe in Translation Journal Vol. 2 No. 2

Jenis-jenis Subtitling

Gottlieb (1998: 247) membagi subtitling menjadi dua jenis,

1. Intralinguistik

Intralinguistik merupakan bentuk subtitling yang sesuai dengan bahasa asli. Bentuk subtitling ini biasanya digunakan dalam program-program televisi lokal yang ditujukan kepada pemirsa yang memiliki gangguan pendengaran atau sejenisnya yang juga digunakan pada program bahasa asing untuk pembelajar bahasa. Subtitling ini dikatakan bersifat vertikal karena hanya menuangkan informasi lisan dalam bentuk teks.

2. Interlinguistik

Yang membedakannya dari intralinguistik adalah subtitling interlinguistik melibatkan dua bahasa dalam prosesnya, yaitu bahasa asli yang dituangkan dalam bentuk bahasa sasaran. Dengan kata lain, penutur mengucapkan bahasa sumbernya, lalu subtitling menampilkan teks dalam bahasa sasaran. Oleh karena itu, jenis subtitling ini bersifat diagonal.

Sementara itu, O’ Connell (2007: 125-126) mengklasifikasikan subtitling berdasarkan sisi teknisnya menjadi dua jenis, yaitu:

1. Closed subtitling

Jenis ini pada umumnya digunakan untuk memfasilitasi penyandang tuna rungu atau sejenisnya dalam mendapatkan informasi. Oleh sebab itu, subtitle jenis ini cenderung lebih berupa ringkasan dengan beberapa penjelasan jika dibandingkan dengan subtitle biasa.

2. Open subtitling

Open subtitle adalah jenis subtitle yang biasa dijumpai pada film-film ataupun program-program televisi. Mengapa dikatakan sebagai open? Itu dikarenakan konsumen dari film atau program televisi tersebut bisa memilih untuk menampilkan atau menghilangkannya. Jenis ini digunakan untuk menerjemahkan film-film dari luar negeri yang ditayangkan di bioskop atau banyak beredar di kaset vcd maupun dvd di pasaran.



Daftar Pustaka

Gottlieb, Henrik (1997): You Got the Picture- On the Polysemiotics of Subtitling Wordplay. In Dirk Delabastita (ed) Essays on Punning and Translation. Manchester: St.Jerome: 206-232.
  
O’Connell, Eithne (2007): Screen Translation in A Companion to Translation Studies Journal: 120-133.



Pengertian Subtitling

            Subtitling yang merupakan suatu wujud terjemahan di era global dewasa ini makin marak dibutuhkan dalam industri perfilman. Secara umum, subtitling adalah terjemahan dialog film yang biasanya muncul di bawah layar. Untuk memudahkan pemahaman, di bawah ini ada beberapa pengertian dari subtitle menurut para ahli.

1. Shutteleworth dan Cowie (1997: 161) dalam buku mereka yang berjudul Dictionary of Translation Studies menyatakan bahwa subtitling adalah proses pemberian caption (tulisan di bawah layar) yang sudah sinkron pada dialog dalam acara-acara di film, televisi dan opera yang ditayangkan secara langsung. 

2. Pengertian yang lain dinyatakan oleh Gambier yang kemudian dikutip oleh Budianto (2005: 57), ia menyatakan bahwa subtitling adalah salah satu dari dua metode yang mungkin digunakan untuk memberikan hasil terjemahan pada sebuah dialog dalam film, di mana hanya dialog hasil terjemahannya saja yang ditampilkan di bagian bawah layar dari film tersebut. 

3. Snell-Hornby (2006: 90), dalam bukunya mengutip pernyataan dari Alan Wildblood, seorang subtitler, yang mengatakan bahwasanya subtitling bukanlah menerjemahkan. Subtitling lebih sulit daripada menerjemahkan, namun lebih menyenangkan. Hal itu didasari karena proses subtitling lebih mengarah ke proses transkripsi jika dibandingkan dengan menerjemahkan (Bartoll, 2004: 57). 

Dalam menerjemahkan terjemahan film seorang subtitler menghadapi suatu tantangan untuk menampilkan sebuah terjemahan yang sesuai dengan aturan yaitu sesuai dengan pembatasan waktu dan tempat, yaitu setiap pemunculan suatu teks film (subtitle) tidak lebih dari dua baris yang terdiri 30-35 huruf setiap barisnya (Gottlieb, 1997; Hatim & Mason,1997). Di samping itu, pemirsa memiliki waktu yang relatif pendek dalam membaca subtitle yaitu 2,5 sampai 3 detik untuk satu baris subtitle atau 5-6 detik untuk dua baris subtitle. Selain itu perbedaan budaya dan bahasa juga membawa kesulitan bagi penerjemah saat dia harus menerjemahkan film dengan genre yang berbeda-beda. Dengan adanya tantangan tersebut membuat penerjemahan film berbeda dengan bentuk penerjemahan yang lain.

Daftar Pustaka
Bartoll, Eduard (2004): “Parameters for the Classification of Subtitles.” Pilar Orero (ed.): Topics in Audiovisual Translation. Amsterdam/Philadelphia: Benjamins, 53-60
Gottlieb, Henrik (1997): You Got the Picture- On the Polysemiotics of Subtitling Wordplay. In Dirk Delabastita (ed) Essays on Punning and Translation. Manchester: St.Jerome: 206-232. 
Hatim, B & Mason (1997): The Translator as Communicator. London & New York: Routledge.
Shuttleworth, Mark; Cowie, Maria (1997): Dictionary of Translation Studies. Manchester: St. Jerome
Snell-Hornby, Mary (2006): The Turns of Translation Studies: New Paradigms or Shifting
Viewpoints? Amsterdam: Benjamins